Banten Peras
Banten Peras ini boleh dikatakan tidak pernah
dipergunakan tersendiri, tetapi menyertai banten-banten yang lain seperti: Daksina, suci, tulang-sesayut dan
lain-lainnya. Dalam beberapa hal, pada alasnya dilengkapi dengan
sedikit beras dan benang putih. Untuk menunjukkan upacara telah selesai, maka
seseorang (umumnya pimpinan upacara) akan menarik lekukan pada
"kulit-peras", dan menaburkan beras yang ada dibawahnya. Pada Lontar Yajna-prakerti disebut bahwa
peras melambangkan Hyang Tri Guna-Sakti.
Kiranya kata "Peras"
dapat diartikan "sah" atau resmi, seperti kata: "meras
anak" mengesahkan anak, "Banten pemerasan", yang dimaksud adalah
sesajen untuk mengesahkan anak/cucu; dan bila suatu kumpulan sesajen tidak
dilengkapi dengan peras, akan dikatakan penyelenggaraan upacaranya "tan
perasida", yang dapat diartikan "tidak sah", oleh karena itu
banten peras selalu menyertai sesajen-sesajen yang lain terutama yang mempunyai
tujuan-tujuan tertentu. Pada prinsipnya memiliki fungsi sebagai permohonan agar
semua kegiatan tersebut sukses (prasidha).
Banten Peras
terdiri dari unsur – unsur berikut :
- Alasnya Tamas/ taledan/ Ceper: Tamas lambang Cakra atau perputaran hidup atau Vindu (simbol kekosongan yang murni/ananda). Ceper/ Aledan; lambang Catur marga (Bhakti, Karma, Jnana, Raja Marga).
- Kemudian disusun di atasnya Beras (makanan pokok – sifat rajah), Uang Kepeng/recehan (untuk mencari segala kesenangan – sifat tamas), benang (kesucian dan alat pengikat – sifat satwam) merupakan lambang bahwa untuk mendapatkan keberhasilan diperlukan persiapan yaitu: pikiran yang benar, ucapan yang benar, pandangan yang benar, pendengaran yang benar, dan tujuan yang benar.kemudian Kulit Peras.
- Dua buah tumpeng (simbol rwa bhineda – baik buruk); tumpeng adalah lambang keuletan orang dalam meniadakan unsur-unsur materialis, ego dalam hidupnya sehingga dapat sukses menuju kepada Tuhan. mengapa dua tumpeng karena sesungguhnya untuk dapat menghasilkan sebuah ciptaan maka kekuatan Purusa dan Pradhana (kejiwaan/laki-laki dengan kebendaan/perempuan) harus disatuakan baru bisa berhasil (Prasidha),
- Base tampel/porosan (poros – pusat) yang merupakan lambang tri murti.
- Kojong Ragkat, tempat rerasmen/lauk pauk; memiliki makna jika ingin mendapatkan keberhasilan harus dapat memadukan semua potensi dalam diri (pikiran, ucapan, tenaga dan hati nurani)
- Diisi buah-buahan, pisang, kue secukupnya – persembahan sebagai hasil kerja kita.
- Sampyan peras; terbuat dari empat potong janur dibentuk menyerupai parabola di atasnya, merupakan lambang dari kesiapan diri kita dalam menerima intuisi, inisiasi, waranugraha dari Hyang Widhi yang nantinya akan kita pakai untuk melaksanakan Dharma.
1.Ingka atau tamas atau taledan |
2.ISi beras , pis bolong , base tampelan , dan benang |
3. Isi Kulit Peras |
4.Letakkan 2 buah tumpeng |
5.Isi Rerasmen , berupa lauk dan kacang saur atau telur |
6.Lengkapi dengan rak raka seperti diatas |
7.Terakhir Isi Sampian Peras |
MANTRA BANTEN PERAS
Oṁ Puspa
Danta ya namah svaha (dalam hati)
Oṁ Pañca
wara bhawet Brahma
Visnu
sapta wara waca
Sad wara
Isvara Devasca
Asta wara
Śiva jnana
Oṁ kāra
muktyate sarva peras prasidha siddhi rahayu ya namah svaha.